Akhir-akhir ini gaya hidup atau lifestyle lagi jadi trending topic di pikiran saya. Diawali dengan pilihan saya untuk gak nyari pekerjaan yang prognosisnya lebih menguntungkan dan naiknya harga BBM yang membuat saya sadar kalau untuk masyarakat menengah ke atas subsidi BBM sama saja mensubsidi gaya hidup orang Indonesia.
Apa sih gaya hidup itu? Gaya hidup merupakan cara individu untuk menjalani kehidupannya. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan, selera, standar moral, dan sebagainya. Ada orang yang gaya hidupnya sesuai arus lingkungan atau pendapatannya, tapi ada juga yang memilih gaya hidupnya sendiri.
Saya termasuk orang yang berpendapat bahwa gaya hidup harus dirancang atau sesuai dengan pilihan kita sendiri demi mencapai hasil yang kita inginkan.
Kalau saya mengevaluasi gaya hidup saya, gaya hidup terbaik saya justru pas jaman saya SMA, yang saat itu ‘mau gak mau’ harus saya jalani. Mau tidur jam berapa pun saya tetap bangun pagi (walau berangkat ke Sekolahnya tetep mepet waktu), minum susu, menyiapkan bekal untuk sekolah, gak suka jajan, bawa air minum dari rumah, rutin minum teh hijau tanpa gula, pulang dari sekolah jarang kelayapan, sampai di rumah juga menyempatkan olah raga, gak banyak nonton TV, waktu luang banyak digunakan untuk belajar dan buat pernak-pernik.
Sekarang ini gaya hidup saya kacau, waktu tidur dan bangun gak tentu, makan lebih banyak di luar, gak pernah olah raga (karena udah kurus), sering beli minuman dalam kemasan, walau tetep gak suka nonton TV tapi mainan internet mulu, dan jadi jarang baca buku dan belajar. Kalau begini terus hidup saya gak bakal berkembang. Makanya perlu rombak gaya hidup. Huha!
Pas jaman SMA itu memang saya fanatik pengen hidup sehat, bacaannya majalah Fit, nyaris jadi vegetarian, gak suka makan ayam atau daging (sekarang malah jadi jarang makan sayur), suka beli buah-buahan (sekarang jarang nyentuh buah-buahan kecuali kalau udah jadi sop buah), dan lumayan sering masuk dapur. Oleh karena itu saat merombak gaya hidup kali ini, saya pengen kembali menjalani gaya hidup sehat. Jarang jajan dan banyak makan-makanan rumah, mengurangi kopi dan gula, dan mulai rutin olah raga lagi.
Lalu saya juga pengen punya gaya hidup sederhana. Gak ngoyo harus punya ini dan itu yang paling sophisticated atau mengkoleksi suatu barang cuma karena ‘demi punya’ atau ‘siapa tau butuh’ yang akhirnya malah bikin banyak hal jadi mubazir dan sia-sia. Harta yang benar-benar milik kita adalah yang apabila dipakai lalu rusak, dimakan lalu habis, dan disedekahkan lalu abadi. Lalu harta yang mubazir akan ke mana? Membayangkan suatu hari akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang dipunya bikin saya merinding. 😥
Lalu saya ingin memiliki gaya hidup yang Islami. Agama Islam selain mengatur hubungan dengan Tuhan, juga mengatur gaya hidup, sampai untuk buang hajat saja ada aturannya. Oleh karena itu saya bersyukur masih single sampai saat ini, karena memang belum nemu yang gaya hidupnya sesuai dengan apa yang ingin saya capai. Tapi untuk dapat yang sesuai dengan yang saya inginkan, gaya hidup saya yang harus dirombak dulu. Ya kan?
Finally, saya dapat gambaran besar gaya hidup yang ingin saya capai, tahap selanjutnya adalah memecah menjadi langkah-langkah kecil supaya lebih actionable.
Kalau teman-teman bagaimana?
Memilih gaya hidup atau sesuai air mengalir aja? 🙂
Hallo, kalau aku skrg justru spt air yg mengalir saja.. ga rencana apa2, yg penting setiap hari diusahakan bermanfaat 🙂
Amiiiiiin… 🙂
aku lebih memilih mengatur gaya hidup bu nita apalagi BBM udah naik begini harus pandai2 lah bu kalau ngikut alir mengalir bisa tenggelam lah bu hehehe
Sesuai kebutuhan aja ya Mbak, bukan keinginan 😀
Kalo aku kayaknya lebih semrawut 🙂 Tapi yang pasti nggak pernah berhenti itu ke tempat kerja naik sepeda ontel dan hari sabtu – minggu harus main-main walau cuma ke lokasi dekat naik sepeda
Setujuu, mari berubah lebih baik…
jadi ngitungin jumlah kata ‘saya’ dalam satu kalimat nih, Nit 😀
Ko teteh susah ya menggambarkan gaya hidup teteh .. hehe
Gak usah digambarkan teh, dijalankan saja.. 🙂
“konon katanya”… gaya hidup itu yang menentukan adalah tingkat kedewasaan.. sebenarnya masing-masing dari kita sudah tahu mau seperti apa gaya hidup yang pas… olahraga, makan sehat dan teratur, istirahat cukup, waktu yang proporsional buat ibadah, membeli barang sesuai kebutuhan, tidak mata keranjang (suka belanja berlebihan maksudnya), dan sebagainya dan sebagainya… tapi, tetap yang menentukan pelaksanaannya adalah sesuai dengan tingkat kedewasaan masing-masing… tidak peduli apakah statusnya masih single, ganda campuran, atau… ah sudahlah… 😀
begitu “katanya”
Katanya siapa tapi Mas? 😀
kalau sudah “katanya” itu tidak bisa disalahkan pokoknya…
**nah sekarang tambah lagi “pokoknya” wkwkwk
ini ni referensinya… 😀
http://mastein.wordpress.com/2014/11/20/konon-katanya/
maaf ga nyambung pembahasannya…
Gaya hidup saya sekarang sudah berubah, sudah fokus kepada pekerjaan dan masa depan.
Ciye.. Ciye.. Tdnya fokus ke mana Mas? 😉
aku nggak tahu gaya hidup mana yang lebih baik. kalau yang sekarang sih sekarang mulai peduli sama kesehatan tapi masih susah nolak makan di luar 😀
Apa lagi kalau ditraktir yaaa.. Makin susah nolak.. :p
bener bangettt 😀
sama, gaya hidup terbaik ku juga pas masa SMA, bertahan sampai kerja malah, hahaha.. eh pas merit n punya anak kok aku jadi males ngurus diri, lebih fokus ke anak :p
nita single toh *salah fokus* 😀
Hahaha, iya.. :p
rajin2 masuk dapur lagi ya 🙂
Tiap hari sih masuk dapur.. Tp blum tentu masak, hahaha..
yaelah 😀
Hahahahaha..
Btw, aku pakai akun yang salah. Ini yang benar hehehe, maap 😀
Sip.. Sip.. 🙂
Hi Nita, salam kenal ya 🙂 ikutan berbagi cerita gaya hidup. Hidupku itu suka-suka. Ga terlalu bergaya juga, tapi tetap selalu menentukan target. Ga ngikutin trend. Kalo beberapa tahun ini makan lebih kearah Raw Food dan Food Combining, ga makan daging dan ayam, dari dulu Hobi lari dan Berenang, masih doyan backpacker an, dan sekarang lagi belajar berkebun 🙂