Saya suka baca buku, berbagai jenis buku, dan salah satunya novel. Saya sempet berhenti baca novel atau fiksi karena ngerasa wasting time. Tapi ternyata baca novel -kalau novelnya bagus- bisa memperkaya hidup. Dari novel saya bisa lihat berbagai macam karakter dan sudut pandang, bisa juga dapet quote-quote ciamik. ^^„
Untuk dapat manfaat yang saya butuhkan, saya harus seleksi novel-novel yang akan dibaca. Males banget kan baca buku cuma untuk membunuh waktu dan bikin kesel karena gak dapet apa-apa? So, saya melakukan seleksi seperti ini…
Novel yang saya pilih…
1) Yang masuk list “1001 Books You Must Read Before You Die”
Saya semangat banget kalau nemu novel yang masuk list ini, karena sampai sekarang belum ada yang mengecewakan. Mayoritas yang masuk list ini karya klasik, jadi memang butuh perjuangan dan mata jeli untuk nyari bukunya, terlebih karena saya gak sanggup baca e-book.
2) Berdasarkan penulis.
Selanjutnya saya prioritaskan baca yang penulisnya memang udah jadi favorit atau saya memang tertarik dengan karyanya. Penulis favorit saya adalah Dee Lestari, saya baca semua bukunya kecuali Rectoverso karena terbitnya pas saya lagi vakum baca novel. Dan saya tertarik dengan karya Pramoedya Ananta Toer, walau sebenarnya saya masih agak bingung dengan bahasa dan gaya penceritaannya, karena penasaran dengan keadaan Indonesia jaman dulu dari sisi sastra. Untuk penulis dari luar negeri, saya lagi suka Haruki Murakami. Dan sekarang lagi coba ‘kenalan’ dengan penulis lainnya. ^^„
3) Novel anak.
Saya suka baca novel anak karena ringan, tapi saya gak suka yang berbau penyihir-penyihir gitu atau tipe-tipe seperti dongeng putri-putrian, sukanya yang cerita sehari-hari.
4) Novel Klasik.
Penerbit Gramedia lagi ngeluarin novel seri klasik, awalnya saya suka karena cover-nya, dan beberapa memang bagus. Jadi tertarik baca yang lain, termasuk yang direkomendasiin Whysooserious, Secret Garden.
5) Novel rekomendasi.
Saya subscribe beberapa blog buku, kalau ada suatu novel yang review-nya bagus, saya jadi penasaran. Bisa juga saya jadi mupeng sama suatu novel karena muncul di variety show, drama, atau film.
Novel yang saya hindari…
1) Novel cinta-cintaan, menye-menye.
Udah kenyang pas SMA dan awal kuliah saya baca Chicklit, teenlit dan sebagainya..
2) Novel religi.
Beda sama Utie, saya malah menghindari novel religi karena pas baca saya akan siaga penuh, dan kesel kalau ngerasa ada yang gak sesuai dengan nilai Islam. Saya kesel karena orang awam bakal nerima mentah-mentah isi dari novelnya karena dibalut dengan kata-kata religi. Menurut saya, klo mau belajar agama ya dari sumbernya, jangan dicampur aduk.
Beginilah cara saya seleksi novel yang akan saya baca misalnya saat di Perpus atau di Toko Buku. Pada punya cara sendiri apa nggak untuk seleksi buku??
Post ini terinspirasi dari tulisannya Utie89.
Mbak nita, novel yang satu ini apakah masuk seleksi mbak?? 😀
Novel Melawan Arus
http://www.nulisbuku.com/books/view_book/4954/melawan-arus
Meskipun Hendry terlahir dari keluarga miskin, cita-citanya untuk menjadi orang sukses tak menurun sedikit pun. Ia rajin membantu sang keluarga untuk mencari nafkah demi bisa menyekolahkannya hingga perguruan tinggi. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Keluarga Hendry berhasil menyekolahkannya di fakultas kedokteran di universitas swasta ternama di Kota Jakarta. Tetapi, masalah muncul di kemudian hari. Tawaran untuk menjadi penulis sudah ada di depan mata. Hendry menjadi bimbang antara mempertahankan profesi dokter yang ia sandang, atau justru menjadi penulis yang merupakan mimpi besarnya dari kecil. Bagamainakah nasib Hendry?
Novel ini cuma dijual di toko buku online http://www.nulisbuku.com atau pesan via email admin@nulisbuku.com
Ada yang udah pernag baca gak?
daku ga ada novel yang daku hindari sih.. semua suka.. konspirasi, thriller, vampire, supranatural, kriminal, romantis, chicklit, novel remaja ato anak2.. semua suka.. nambah wawasan..
kalu ponakan bilang bagus ikutan baca.. kalu babe daku bilang buku religi ini bagus, ikutan baca.. kalu adik daku bilang buku konspirasi itu bagus, ikutan baca.. kalu temen daku bilang roman picisan ono bagus, ikutan baca.. semua deh..
selera masingmasing sih.. kalu dia nulis novel religi pake ayat2 segala, ya monggo masih mending dia nulis novel dengan cantumin ayat2 tuhan semampu dia, daripada daku yang ga bisa nulis novel kan?
Crime sama thriller ga tertarik?
Ini abis nuntasin In Cold Blood-nya Truman Capote, tunggu aja review-nya minggu depan.. ^^„
Wah kalo gue nulis buku komedi ga bakal di baca nih *nangis di bawah shower*
aku suka kok baca komedi di blogmu.. jangan sakit lagi makanya…
hihihi, makasih *minum banyak obat*
Ati2, ntar masuk RS krn OD.. ~(*+﹏+*)~
iya kalo abis baca review yang menarik pasti langsung ngiler. padahal kalopun dicari bukunya belum tentu ketemu/ada stoknya. aku juga bingung kalo harus menyeleksi novel yang saya baca. soalnya campur2 banget. tapi yang pasti, kalo buku yang udah terlalu banyak direkomendasikan, jujur aja aku malah makin berat untuk tertarik. kayak Lotr aku gak pernah baca satupun padahal termasuk penggemar cerita fantasi.
sekarang saya dalam tahap malas baca novel mbak.. mulai beralih ke buku-buku non fiksi 🙂 coba baca karya Hamsad Rangkuti “Bibir Dalam Pispot”, itu kumpulan cerpennya mbak. Menurut saya bagus 🙂
ndak baca novel2nya selebtwit juga mbak, kan bagud2 juga tuh 🙂 *nada nyinyir*
Koleksi buku yang termasuk novel cuma ada 2 buku yaitu karya HAMKA. “Dibawah naungan Ka’bah” dan ” Tenggelamnya Kapal Van der Wijk”.
Dulu waktu kuliah hingga belum menikah suka dengan novel-novel konspirasi seperti Holy Blood, Holy Grail, The Messianic Legacy, dll.. hingga terlibat dalam forum diskusi yang berkepanjangan di isnet.
Intinya novel-novel yg berlatar belakang sejarah dan konspirasi saya suka.
Setelah menikah, intensitas baca novel yg berat-berat mulai berkurang… hanya dibaca ketika membunuh waktu menunggu dalam perjalanan (biz trip).
Kini, sekedar mengimbangi istri yg suka dg novel-novel religi. Kalo dia bilang “novel ini bagus deh” –> itu tandanya dia pengen ada teman diskusi. Jadi ya mau gak mau saya harus baca novel itu untuk mendiskusikan bersama. Mengevaluasi bersama kelebihan dan kekurangannya, dan mengambil pelajaran yg dikandungnya.
Gak papalah melepas idealisme, yang penting dia happy, hahaha.
ralat: hingga belum menikah —> hingga menjelang menikah
Ini nih baru bacaan berat… konspirasi, baca kata itu aja langsung puyeng, hahaha… novel yang kubaca msh golongan ringan kaaan… 😉
Saya belum menyelaminya sebarapa ringannya list yg mbak Nita sampaikan itu (kecuali novel anak yg jelas ringan). Pengalaman saya membaca novel masih terbatas pada novel konspirasi (berlatar belakang sejarah), novel perlawanan, plus genre religi.
Pengen juga sih meng-eksplorasi genre lainnya, namun masih belum kesampaian waktunya, sementara novel-novel pilihanku masih antri yg mau dibaca.
Kini, ketika anak-anak sudah mulai gemar membaca novel KKPK, hingga rak buku penuh dg koleksinya, saya jadi ikut aktif men-skimming-nya. Agar juga bisa mengarahkan putriku yg sedang dalam proses menulis KKPK.
Mungkin nanti saatnya saya juga akan mulai membaca novel-novel teenlit, sekedar menyensor seberapa bahayanya bila dibaca putriku bila sudah beranjak remaja. Sehingga bisa memberikan arahan… mana novel yg layak dibaca dan isinya bisa diteladani.
Belum pernah aku baca KKPK dan gak tertarik juga sampe skrg.. Nah, teenlit yg harus disensor dulu apalagi yang adaptasi, gak bs serta merta ikutin range umur yang ada di novel itu.. krn di teenlit adaptasi juga bisa ada adegan ‘itu’nya…
Sepertinya mengerikan sekali. Saya belum pernah melihat aktualnya. Soal teenlit yg mbak Nita sampaikan itu sama juga dengan pengalaman bu Dina (penulis buku) di sini.
Saya mencoba mempersiapkan diri, belajar dari pengalaman orang lain, sebelum anak-anak meningkatkan level bacaannya.
Aku udah baca macem2 yg aneh2 Mas, dr karena penasaran sampe udah capek.. hihihi…
Mbah Kung ku bilang, aku boleh baca apa aja asal dasarnya kuat, jadilah aku baca macem2 asal pas baca harus ‘siaga penuh’, krn capek bersiaga penuh akhirnya aku eliminasi bbrp topik buku.. hhm, sbnernya di post hrs ditambahin aku menjaga diri dari bacaan yang berbau filsafat…
Kirain cewe pada demen novel teenlit… Tapi bagi saya, Dee itu lama-lama ngebosenin juga. Partikel misalnya, untuk sebuah buku yang menunggu terbit 8 tahun setelah Petir dirilis 2004 silam, Partikel nyaris gagal sebagai sebuah sequel. Nggak tau kenapa, setelah Madre kok saya rasa Dee keilangan spiritnya. Dee makin kesini makin kayak Djenar atau Fira Basuki, gitu-gitu aja. Bosen (Walaupun nggak sebosen Sujiwo Tedjo). Untuk ukuran lokal, Goenawan Mohammad masih jadi panutan saya (setelah Pram dan Motinggo Busye tentunya). Kalo luar (barat), saya lebih milih Nietzsche sama Milan Kundera. Oya, kalo situ suka Haruki Murakami, saya saranin baca Battle Royale-nya Koushun Takami. Give it a try 🙂
Wah, justru aku suka banget partikel dan merasa sebanding dgn 8 thn penantian. Awalnya aku kurang semangat baca karena petir mengecewakanku, tp setelah baca ulang, aku jd suka petir.
Rectoverso belum baca.
Nietze, aku gak tertarik sm dy karena statement ‘Tuhan telah mati’, hhmmm, nietze lah yang telah mati..
Buku2 yg lain, kucatat, ntar kucari..
Kayaknya dirimu nih yang suka baca buku berat.. 😉
Hehehehe, itu miskonsepsi umum kok, saya juga sempet mikir gitu sebelum baca The Gay Science. Tak bermaksud membela, tapi saya melihat Nietzsche sama sekali nggak bilang kalo tuhan telah mati dalam artian sesungguhnya, ia hanya melihat bahwa kita-manusialah yang telah membunuh tuhan. Ia justru mengkritisi tentang bagaimana manusia menggunakan simbol-simbol religius yang sebenarnya tak lagi sepenuhnya mereka yakini. Dan saat manusia tak yakin lagi pada simbol yang mereka gunakan, maka simbol tersebut akan kehilangan artinya, kehilangan makna; ketika itulah ia mengatakan tuhan telah mati. Tapi, yaudahlah, toh pada akhirnya semua manusia pasti bakalan mati, hehehe…
Belakangan ini sih lagi males baca novel, lebih demen manga 🙂
Aku hindari buku yang filsafat banget, takut kebawa, huhuhu…
Nggak apa-apa kok, kalo saya mah emang dasarnya pengen tau, jadi saya baca :). Ada beberapa yg berat, berat banget malah, kayak God Delusion-nya Dawkins (Ini mah mending jangan dibaca deh, bikin parno).
Saya suka Pramoedya Ananta Toer, termasuk para penulis yang eksis pada masa perang kemerdekaan.
Nah itu, makanya aku usahakan baca walau kurang familiar dgn bahasa & gaya bahasanya…
novel menye2 itu memang harus dihindari mba…membuat bad mood nantinya
Yang pasti bikin galau, hehehe…
betul tuh NH Dhiny keren…aku ada beberapa buku beliau..
Pinjamilah aku lah.. 🙂
boleh..ambil lah sendiri hehehe kapan kita ketemu nanti kupinjami
ga paham dech aku kak sama kalimat, “ngga sesuai nilai Islam”??
soalnya selama ini cerita2 religi yang aku baca sesuai semua, malah lebih ringan jadi lebih bisa ditangkep makna yang tersirat, soalnya bukan teori tapi langsung aplikasi.
tapi mungkin karena aku pilih-pilih juga kali ya waktu belinya. ngga semua novel religi aku suka. kalau ngga meyakinkan ya ngga deh. 😀
Hehe, yang gak sesuai biasanya printil2 tp nggemesin…
Novel yang kamu pilih novel berat Nit.
Enteng kok mbak, klo berat aku bakal susah bawanya.. :p
iya mba, bener, berat.
malah kayaknya aku bakal mengerenyitkan dahi pas lagi bacanya. 😀
Biasa aja kayaknya.. lbh musingin baca politik, hehehe…
Baru liat udah pengen nguap 😀
Saya lagi suka buku2 Tereliye sekarang.
Kalo penulis luar, tetep kesukaan saya sidney sheldon.
Aku jg pengen kenalan sm Tere Liye, tp budgetnya blom bs diprioritasin utk bli buku, jd aku pinjem2 dulu.. atau pengen minjemin aku Mbak? 😉
Hahahaaa…. saya ini punya karunia menikmati, bukan karunia memiliki.. jadi semua buku yang saya baca adalah pinjeman dari adik yang kebetulan punya koleksi buanyak banget….
tambahin NH Dini, AA Navis dan novelis-novelis lain angkatan Balai Pustaka deh Nit. Meskipun jadul kok bagus-bagus dibacanya. Hehehe/
menurut gw sih ya 😛
Belom kenalan sama mereka Mas, aku kenalan dulu ya… *bersiap ngubek2 perpus*
Setuju sama mas Dani. Aku suka karya AA. Navis yang “Kemarau” dan “Rubuhnya Surau Kami”. Tapi kalo balai pustaka sih, trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari masih jadi favoritku. 🙂
Mbak pernah baca Howl’s Moving Castle karya Dianna Wynne Jones? Ini pernah dijadiin film animasi jepang dan dapet penghargaan.
Wah, blum baca semuanya… kucatat deh… ^^„