BOOK: Norwegian Wood

image

Akhir-akhir ini saya memang terobsesi untuk baca buku yang masuk list “1001 books you must read before you die”, pas ke Perpusdiknas untuk balikin buku To Kill a Mockingbird pun awalnya mau minjem buku yang masuk list ini lagi. Tapi akhirnya saya minjem buku Norwegian Wood karya Haruki Murakami. Alasannya adalah karena ada 4 buku Haruki Murakami yang masuk list 1001 buku yaitu Kafka on the Shore, After the Quake, Sputnik Sweetheart, dan The Wind-Up Bird Chronicle.  Sayangnya di Perpusdiknas adanya yang bahasa inggris (entah udah ada terjemahannya atau belum), ya sudah saya pinjem buku yang ini untuk ‘kenalan’ dengan Haruki Murakami.

Sinopsis

image

Ehem, bisa disimpulkan kan kalau ini novel DEWASA!! Sooo, bagi anak sekolah, sebelum baca ini ijin dulu ke ortu atau guru, OK? Hehehe..
Sudut Pandang dan Latar Belakang
Novel ini diceritakan melalui sudut pandang Toru Watanabe, 37 tahun, yang menceritakan kehidupannya sendiri dari usia 17 hingga 21 tahun. Dengan setting tahun 1960-an di Jepang. Cerita berawal saat Watanabe masih SMA, dia memiliki sahabat Kizuki yang memiliki pacar Naoko. Hubungan pertemanan mereka lancar-lancar saja, dan sepertinya tidak ada masalah yang berarti di kehidupannya tapi tiba-tiba saja Kizuki bunuh diri dan hal ini tentu saja mempengaruhi kondisi psikologis Watanabe & Naoko.

Watanabe
Sosok yang penyendiri, ah, di novel ini semua tokohnya penyendiri. Saya suka pemikiran-pemikirannya, dasar dari keputusan yang dia pilih, walau terlihat anomali, tapi menarik! Misalnya saat dia merasa muak dengan kehidupan di Universitas, bukannya malas-malasan tapi justru makin rajin, sebagai suatu bentuk latihan menghadapi kebosanan. Hidup Watanabe begitu teratur, setiap hari punya jadwal pasti untuk ‘memutar sekrup’, kecuali hari minggu.

Naoko
Ah, dia misterius.. Skip..

Midori
Melihat Midori, seperti melihat diri saya sendiri. Eits, saya gak serebel dia sih. Dia punya gaya berpakaiannya sendiri, walau dianggap gak wajar, tetep aja pede dengan gayanya. Dia ceplas-ceplos juga. Dia juga awalnya jutek dan membaik kalau orang yang lain memperlakukan dia dengan baik atau orang itu menarik. Gaya merajuknya juga sama. Dan ada dua halaman tentang kisahnya yang mirip banget dengan kondisi percintaan saya, in details. 😉

Nagasawa
Ini tokoh yang menarik juga. Ganteng, pinter, berkarir bagus, tapi gak bisa dinominasikan sebagai pasangan yang baik. Dia mencintai satu wanita dan wanita itu pun mencintai dia, tapi bagi Nagasawa, tidak ada opsi untuk menikah. Bagi dia hidup itu harus punya target, suka atau tidak suka dengan hal yang dia lakukan, tapi target itu harus tercapai. Just like a game. Dia tidak memikirkan orang lain, hanya dirinya sendiri. 

Free sex dan harakiri
Novel ini menceritakan ‘itu’ secara gamblang, mungkin karena penulisnya pria kali ya. Alih-alih diceritakan secara vulgar, kegiatan ‘itu’ digambarkan sebagai kegiatan fisik saja, ya sudahlah. Bagi beberapa orang mungkin syok, Jepang kok jadi seperti negeri bule. Eits jangan salah, free sex udah biasa di Jepang, tapi karena masih di Asia lebih sopan lah medianya. Dan tentang bunuh diri, huh, totalnya ada 4 orang bunuh diri di novel ini dan dengan alasan yang kurang jelas.

Kegilaan dan hidup teratur
Banyaknya orang terdekat yang bunuh diri serta orang-orang aneh di Jepang (bagi saya, di Jepang itu gampang banget ketemu orang freak), wajar kalau mentalitas tokoh-tokoh di novel ini kurang stabil. Terapi alaminya ternyata hidup di lingkungan yang sehat dan teratur. Hhmmm…

Kesimpulan
Walau penceritaannya datar-datar saja, novel ini tidak membosankan! Kadang kalau saya baca novel, saya suka lupa sendiri dengan apa yang baru dibaca. Tapi pas saya baca novel ini gak sampai mengalami hal itu! Entah karena Haruki-nya atau penerjemah dan editornya yang keren, hehehe…

My rating: ★★★★☆ (4/5)

PS: Data novel menyusul..

40 thoughts on “BOOK: Norwegian Wood

  1. waaahhh, wahhhh…. Jeng Nita kykna pecinta novel berat ya, semacam novel sastra, daru uraian diatas terlihat, kamu suka banget sama novel ini, izin copas sedikit ya, thanks

  2. Btw pingin shi tapiiiii dicemari ma LGBT so ni buku di banned di skul uncle sam,trus apakh filmnya jg disisipin LGBT? Ntar nyesel bli tp isinya MIRING,let me know ya

  3. kalo norwegian wood yg versi inggris belinya di mana yak? nyari yg versi inggris nih..

  4. beeeran jadi pengen ke kinokuniya dan nyari bukunya deh Nit. btw saking teraturnya di Jepang jadi kaku banget Nit dan mereka seolah ‘gila’ karena lepas dari tekanan keteraturan pas di Indonesia. ini cerita dari temen kantor yg orang Jepang.

    1. Hihihi… nambah lagi yang jd pengen baca buku ini… 🙂
      Si orang jepang pas balik ke Jepang bisa gila lagi tuh klo udah terbiasa dgn kelonggaran orang indonesia..

  5. pernah baca review buku ini juga kemaren2 dan kayaknya menarik. di jepang memang banyak yang harakiri/bunuh diri ya. 😕

    1. Resume, ringkasannya?? Utk buat review, aku gak mau spoiler Mas… jd aku nilai karakter di dalamnya, latar belakang, sudut pandang, dan hal yang menarik di sana.

  6. wah termasuk aku donk yg syok. 20 tahun lalu tentang free sex? ga salah?…
    tapi aku pernah lho baca tulisan orang jepang di internet yang intinya cerita klo sebenarnya cewek2 jepank masih sangat ‘ketimuran’. jadi katanya salah klo anggapan di luar cewek jepang udah kaya di barat2…
    tau lah, yg bener mana. yg jelas mereka dah modern lebih dulu, pastinya pengaruh western lebih duluan ke mereka.

    1. Di Jepang, pelajarnya gengsi klo umur 17tahun masih perawan/perjaka… yang gamblang bahas ini biasanya sih di komik.. klo di film, aku lihat di film Babel..

  7. udah baca bukunya.. emang keren..
    kebanyak yang nulis lakilaki emang lebih “terang” soal pacaran..
    ehya kenapa di jepang suka ada harakiri bahkan sekarang, itu ada sejarahnya.. jadi ga bisa dibilang sih harakiri di jepang itu ga jelas..

Comments are closed.