MILESTONE: Remarkably 2015

A life worth living is a life worth recording

  • Jim Rohn

Aku ingat memulai awal tahun 2015 dengan penuh semangat yaitu di bulan Januari, Februari sebagai puncaknya, dan Maret. Di bulan April aku mendapat kabar beberapa orang yang kukenal berpulang dan kabar sebuah musibah juga, bikin aku memikirkan tentang waktu dan kehidupan. Bulan Mei, Silly juga berpulang.

Juni, Juli, dan Agustus tidak banyak yang kuingat selain saat itu ada bulan Ramadhan dan aku berusaha tidak banyak memegang gadget pada saat itu. Di bulan Agustus aku mulai stuck. Aku kehilangan minat pada semuanya, termasuk minatku pada blog.

Di bulan September aku mulai merasa kehabisan energi. Yang membuatku lelah bukan hanya yang kutuliskan di blog, banyak yang off the record tentunya. Aku baca sebuah post di salah satu blog tentang notebook yang ku-subscribe di feedly.

If you need a reason to get off your smartphone from time to time, consider that keeping a written journal may actually improve your life.

  • Notebook Stories

Sesaat kemudian aku cari notebook yang masih kosong dan langsung berusaha menulis di dalamnya. Hal yang kutulis adalah..

Beberapa hari ini aku merasa disconnect dengan sekitar.. Yes, I’m here but not present. Saat gak present gini segala urusan jadi gak beres. Hari-hari jadi gak produktif, banyak yang missed.

Di kepalaku ada ‘sesuatu’, gak banyak. Entah layak untuk dipikirkan atau tidak. Real atau tidaknya masih gak jelas. Aku gak suka yang begini ini.

Aku coba menulis dengan sesuka hati. Apa yang kupikirkan harus dituangkan. Aku baca di salah satu post (kali ini lupa postnya siapa) tentang yang harus dilakukan untuk menulis: Invest in a good journal, find the right pen (fave-ku saat ini: Zebra Sarasa), invest the time, and ditch perfection.

Bold: ditch perfection. Menulis sesuka hati, gak usah dipikirin bagus apa nggak-nya.

Oktober. Bulan penuh tanda tanya, totally clueless.

Nopember. Bulan paling menyedihkan dan juga berkesan. Dari tahun 2010 aku merasa ada yang kurang. Di bulan ini aku melakukan trip dan finally bisa mengisi kekosongan.

Desember. Di awali dengan sesuatu yang membuatku marah, tapi juga melegakan. Aku mulai bisa melihat dengan jelas, apa yang aku mau, apa yang aku suka, dan berani membuat keputusan.

Di bulan Desember ada beban yang akhirnya lepas dari pundak. Lega rasanya. Dengan lepasnya beban ini aku mulai menikmati lagi interaksi sosial dan beraktivitas.

The most benefit from journal is the ability to help you reflect.

Aku baca ulang jurnal yang kutulis dari bulan September. Saat ini aku bisa membacanya dengan tersenyum.

Alhamdulillah.

2015 sukses jadi tahun yang remarkable untukku.

16 thoughts on “MILESTONE: Remarkably 2015

  1. 2016 ayo kita banyakin piknik bareng di weekend dan jadiin belajar nulis Mba. Alhamdulillah 2015 jadi banyak pembelajaran karena “kayaknya” banyak yg harus dihadapi gitu. Semoga tahun ini lebih banyak kebahagiaan dan keberkahan 😀

  2. Kok banyak sedih-sedihnya Mbak, hehehe?
    Anyway, kemarin aku mau beli pulpen warna, lihat Sarasa kok mahal tapi, beli merek lain deh =)) penting

  3. Semoga 2016 semakin tahu apa yang kamu mau ya Nit, aku berdoa yang terbaik untukmu. Yang penting bersyukur dan selalu bahagia 🙂

  4. Selamat tahun baru 2016 Mbak. Syukurlah kalau sudah ada beban yang terangkat dari pundakmu. Mudah-mudahan itu menjadikan dirimu lebih dewasa dan makin kaya akan pengalaman (pastinya ya) jadi makin bijak :hehe. Semoga di tahun 2016 ini makin banyak kebaikan yang terjadi dan makin banyak bisa berbagi :)).

  5. Wow Nit, aku baca tulisanmu ini kok merasa ada beban yang cukup melelahkan ya dalam kurun hampir satu tahunan. Tapi syukurlah akhirnya semua bias terlewati dengan baik ya, dan dirimu menyambut 2016 dengan semangat baru yang lebih baik. Semoga makin sukses di tahun 2016 yaaa 🙂

Comments are closed.