Ngelanjutin post dari Gelar Seni Budaya Yogyakarta 2015, hohoho. Udah lama aku gak bikin post serial seperti ini. Bagi yang berkunjung mungkin kurang menarik karena kok postnya begini mulu, tapi aku enjoy buat postnya. Kalau mau jujur aku dateng ke Gelar Seni Budaya tahun ini dengan setengah hati karena takut mati gaya, seringnya pas acara seperti ini Ortu asik bersosialisasi dan akunya jadi geje sendiri. Kemarin aku ngebolang, misah dari Ortu dan nonton dari dekat (sampai nekat duduk di pinggir pendopo) sehingga bisa lumayan menikmati acaranya. 😉
Sancaya Wicitrakusuma
Tarian Sancaya Wicitrakusuma dicuplik dari Cerita Ramayana. Kalau dari sinopsisnya seperti ini: Tarian ini menggambarkan perang besar brubuh (dahsyat) alengka, antara Prabu Rama Wijaya dari kerajaan Pancawati melawan Prabu Rahwana dari Kerajaan Alengka. Di balik perang ini terkandung maksud para dewa yang mengutus Prabu Rama Wijaya untuk melenyapkan sifat angkara murka di muka bumi oleh Rahwana.
Tarian ini tipe tarian selow perang-perangan gitu yang selalu sukses buat gak sabar. Penarinya ada 4 orang yang seharusnya cewek dan cowok. Saat lihat sosok cowok muncul pake baju tipe ketekan bikin aku parno soalnya aku nonton dari deket, males banget kan kalau lihat bulu ketek terpampang nyata. Pas lihat dari deket aku takjub kenapa cowok bisa semulus itu, ternyata penarinya cewek semua dan keteknya terjamin mulus, hahaha.
Pesona Bumi Sembada
Pesona Bumi Sembada ceritanya nunjukin peralihan antara masyarakat tradisi dan modern. Tariannya terbagi menjadi dua sesi. Sesi yang pertama nunjukin cewek-cewek dengan kemben yang gak atraktif sedang membatik, gerakannya monoton dan iringannya juga monoton hingga nancep di kepala iramanya. Pas penarinya turun dari pendopo aku pun lega, akhirnya kelar juga. Hahaha. Ternyata mereka ke belakang pendopo untuk bertransformasi dari kembenan jadi pakai baju designer.
Masih ada beberapa tarian lainnya yang akan lanjut di post berikutnya, hohoho.. 😀