LIFE: About Disorganized Environment

#3 Are you comfortable or uncomfortable in disorganized environment?

Ini pertanyaan yang bikin bingung menjawabnya. Bagi yang kenal saya dan sering ke rumah saya (khususnya ke kamar), pasti tau kalau kamar saya itu susah rapi. Setelah diberesin, disapu, dan dipel memang menjadi rapi tapi nggak lama karena saya suka ngutak-atik pernak-pernik, baca ini-itu, belum selesai yang satu lalu mulai yang lainnya, yang sebelumnya belum diberesin udah nambah berantakan lagi. Makanya saya berpikir kalau nikah nanti saya butuh satu ruangan khusus untuk hobi, seperti pas masih tinggal di Pondok Kelapa, saya menguasai dua kamar. 😀

Dengan ruangan yang berantakan saya masih nyaman beraktifitas? Hhm, nyaman-nyaman saja.. Kecuali kalau mau fokus belajar, kamar saya harus rapi dulu, memiliki distraksi yang minimal, kalau pun berantakan tapi isinya kertas-kertas. Walau kondisi kamar (khususnya pojok hobi) berantakan, tapi pada akhirnya semua harus kembali pada tempatnya, soalnya saya males kalau butuh sesuatu tapi nyarinya lama dan susah.

Itu kalau di rumah. Lalu bagaimana jika di luar rumah. Klinik misalnya? Kalau di klinik, karena ada asisten selesai kerja satu pasien semua akan otomatis kembali ke tempatnya. Haha. Untuk lingkungan kerja, saya suka yang rapi (siapa yang enggak?), walau pas kerja ya berantakan juga. Untuk alat dan bahan, kalau lagi mood kadang saya suka iseng beresin dan kelompok-kelompokkin, tapi untuk urusan bersih-bersih ya asisten atau cleaning service-nya dong. Hehehe..

Btw, post ini sama aja ngebongkar aib gak sih? Hhhmmm.. 😐

🌻Post ini dibuat untuk menjawab pertanyaan “25 Questions That Help You Understand Yourself and Unlock Your Potential” dari lifehack.org🌼