LIFE: Marah

This fire is out of control
I’m gonna burn this city
Burn this city
Franz Ferdinand*

Dari berbagai suasana hati. Gloomy (abu-abu), blushing, depressed, angry (merah). Hal yang paling saya hindari adalah depressed dan marah (abaikan ketidakkonsistenan kata). Untuk depressed, ah sudah cukuplah saya alami dulu, dan saya rasa amunisi saya sekarang lebih kuat dari yang dulu. Untuk marah, hhm ini nih yang lagi butuh saya tahan.

Marah memang tidak bisa dicegah, karena sudah otomatis, yang harus ditahan adalah efek destruktif dari marah. Marah itu memang memicu adrenalin dan membuat orang yang marah menjadi lebih kuat. Itukah kekuatan yang sebenarnya? No, no, yang bisa menahan amarah, itulah yang lebih kuat. Banyak kerusakan yang diakibatkan oleh marah, hati tersakiti karena marah, berdarah-darah sampai nyawa melayang karena marah, ujung-ujungnya adalah penyesalan, padahal itu tidak perlu terjadi kalau kita bisa menahan marah.

Tanda awal mulai terasa marah yaitu antung berdegup kencang lalu mata merah, muka masam, mulut ingin melawan dengan kata-kata kasar, bahkan sampai anggota badan ingin bertindak. Saya tidak suka. Semakin rasa itu cepat hilang, semakin baik.

Saat ada yang membuat saya marah. Saya memilih diam dan menghindar. Pusatkan pikiran pada hal yang lain sambil menganalisis apa yang buat marah. Diam. Diam. Diam. Karena apa pun yang keluar pada saat marah, pasti gak beres. Lebih baik diam. Dan ekspresikan saat marah sudah mereda.

“Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan.”
(HR. Thobrani, Shohih)

*Soundtrack saat marah waktu masih jahil dulu. -___-

16 thoughts on “LIFE: Marah

  1. Setuju 🙂
    Seiring berjalan nya wkt, aku jg dpt mengendalikan amarah wlopun ga jarang jg aku sk bablas saking udh ga tahan dihati 🙂
    Ga sedikit jg org yg d anggap mature, bs meluap2 klo marah hehehe

Comments are closed.