Bahagia = Tiada Rasa Takut Dan Tidak Bersedih Hati

Pernah gak pada suatu titik merasa susah banget untuk bisa bahagia?

Aku pernah, pas mau masuk usia 30. Usia yang sempat bikin aku insecure.

Saat itu aku jadi sering berkontemplasi, melihat hal-hal yang sudah dilalui dan membayangkan hal apa yang akan terjadi di masa depan, mengevaluasi apa aja yang sudah kucapai dan memikirkan bagaimana prospek ke depannya.

Masa lalu membangkitkan memori menyedihkan, berbagai penyesalan, merasa kurang pencapaian apalagi jika membandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Hidup terasanya suram, sedih tapi sebenarnya gak ada alasan konkrit untuk sedih.

Membayangkan masa depan juga tidak memberikan hal yang menyenangkan, yang ada adalah khawatir. Bagaimana kalau keadaan tidak berubah? Bagaimana jika ini dan itu tidak berjalan sesuai dengan rencana?

Melihat ke masa lalu membuat sedih, melihat ke masa depan membuat khawatir. Masa kini jadi tidak bisa dihargai karena sehari-hari hidup di masa lalu dan masa depan, memikirkan apa sih yang sebenarnya aku butuhkan? Apa yang bisa membuat senang? Kehidupan apa yang akan bisa membuat segalanya jadi lebih baik, jadi lebih bahagia?

Memikirkan itu terus menerus seperti tidak ada habisnya, hanya muter-muter aja, tidak nampak jalan keluar seperti berada di dalam labirin. Catatan tentang apa yang aku rasakan di masa ini aku tuangkan dalam post dengan tag labirin.


Untuk bisa keluar dari labirin, tentu saja aku memikirkan caranya lalu tiba-tiba aku berpikir, petunjuk untuk keluar dari labirin pasti ada di Al-Quran. Selama ini aku baca, tapi dalam satu waktu hanya sepenggal-sepenggal atau sesuai yang dibahas dalam kajian saja. Aku belum pernah baca Al-Quran dari awal sampai akhir, tanpa jeda, seperti baca buku pada umumnya.

Lalu aku mendedikasikan waktu untuk membaca Al-Quran tapi hanya bagian terjemahannya saja dari awal sampai akhir.

Hhhhm…

Saat kita membaca sesuatu, pasti akan sadar kan kalau ada satu kalimat yang diulang-ulang terus. Al-Quran memang banyak pengulangan-pengulangan kata, kalimat, atau cerita untuk menekankan poin yang penting. Dalam periode membaca Al-Quran saat itu aku jadi ngeh, ternyata kalimat “tiada rasa takut dan tidak bersedih hati” itu sering diulang-ulang.

Aku lalu cari tau apa yang dimaksud rasa takut dan sedih yang ada di dalam Al-Quran, ternyata punya beberapa makna:

  • Rasa sedih dan takut adalah perasaan yang akan muncul saat meninggalkan dunia. Sedih karena meninggalkan keluarga (tentang anak), harta benda, dan sebagainya. Takut atas apa yang akan terjadi di alam Akhirat. Jika Allah hilangkan rasa takut dan sedih, orang itu tidak perlu khawatir kondisi anak dan keluarganya akan seperti apa dan bagaimana nasib dia di Akhirat kelak.
  • Rasa sedih muncul karena memikirkan masa lalu dan takut muncul karena memikirkan masa depan, benar-benar seperti apa yang aku rasakan saat itu. Katanya rasa sedih dan takut ini datangnya dari syetan, supaya kita tidak fokus akan hari ini dan akhirnya melalaikan ibadah yang lebih utama.

Lalu apa yang harus kita lakukan supaya bisa dapat jaminan tidak punya rasa takut dan tidak bersedih hati? Untuk menyebutkan poin-poin ini aku pakai contekan, hehehe..

  1. Orang yang mengikuti petunjuk dari Allah. QS. Al-Baqarah: 38.
  2. Orang yang beriman kepada Allah, kepada Hari Akhir dan beramal shileh. QS. Al-Baqarah: 62.
  3. Orang yang pasrah sepenuhnya kepada Allah dan terus berbuat kebaikan. QS. Al-Baqarah: 112.
  4. Orang yang berinfaq dan tidak mengungkin serta menyakiti si penerima. QS. Al-Baqarah: 262.
  5. Orang yang berinfaq dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. QS. Al-Baqarah: 274.
  6. Orang yang beriman, beramal sholeh, mendirikan shalat, dan mengeluarkan zakat. QS. Al-Baqarah: 277.
  7. Orang yang syahid di jalan Allah. QS. Ali ‘Imran: 167-170.
  8. Orang yang beriman dan melakukan perbaikan. QS. Al-An’am: 48.
  9. Orang yang bertakwa dan melakukan perbaikan. QS. Al-A’raf: 35.
  10. Auliya’ Allah. QS. Yunus: 62.
  11. Orang yang beristiqamah. QS. Al-Ahqaf: 13.

Secara garis besar adalah iman dan berusaha melakukan perbaikan, lalu menghasilkan amal-amal seperti infaq, shalat, amal sholeh, dan terus istiqamah.

Setelah dapat pencerahan di atas, aku berusaha melatih otakku…

Pikiran tentang masa lalu dan masa depan yang mencemaskan tentu saja masih suka hadir tanpa kuasaku. Tapi aku punya akal. Setiap dua hal ini muncul, aku pakai buat berpikir: rasa takut dan sedih ini datangnya dari Syetan yang ingin kita keluar dari jalur dan menghindarkan diri dari tujuan kita diciptakan di dunia (ibadah).

Jika pikiran tentang kesedihan dan rasa takut muncul, ini adalah indikator kalau imanku sedang turun dan amal ibadahku sedang kurang. Jadi itu tanda kalau aku harus bangkitin iman. Cara paling mudah untuk membangkitkan iman adalah dengan ilmu. Oleh karena itu saat aku sedih, aku biasanya berkutat dengan menuntut ilmu dan menuntut ilmu jadi hal yang membahagiakan untukku.

Saat aku nulis ini, bagaimana aku melihat masa lalu dan masa depan sudah jauh berubah.

Melihat masa lalu tetap membuatku ingat cobaan-cobaan yang pernah kulalui sebelumnya, tapi sudah tidak membuatku sedih lagi. Yang kupikirkan seperti ini: Ah, masa-masa susah sudah pernah kulewati, sekarang sudah jauh lebih baik, dan dari masa lalu itu aku belajar banyak, Insyaa Allah masa depan akan lebih baik.

Saat membayangkan masa depan, aku masih bisa melihat apa potensial konflik yang ada di depan. Tapi hal itu tidak membuat khawatir atau cemas, daripada energinya habis untuk khawatir (dan hal yang kita khawatirkan belum tentu akan terjadi), lebih baik kita lakukan yang terbaik di hari ini karena masa depan kita adalah akibat dari yang kita lakukan di masa kini.


Tidak ada orang yang mengira akan ada pandemi seperti sekarang ini. Banyak yang sedih karena berbagai hal tidak berjalan sesuai dengan rencana. Banyak yang cemas karena masa depan tampak tidak jelas. Semua orang fokus memikirkan jalan keluarnya, tapi lupa dengan hal solusi yang paling penting.

Atasi rasa sedih dan takutnya dengan iman dan amal shaleh.

Dan bertakwa.

Karena Allah menjanjikan solusi bagi segala permasalahan dengan takwa dan menjanjikan jalan keluar yang tidak terduga juga dengan takwa. 🙂

3 thoughts on “Bahagia = Tiada Rasa Takut Dan Tidak Bersedih Hati

  1. aku terharu membacanya, Nita… dan aku setuju sama kamu, mari kita lakukan yang terbaik hari ini, karena masa depan adalah akibat dari yang kita lakukan di masa kini 🙂

Comments are closed.