LIFE: Saat Suasana Hati Meredup

wp-1541693703269..jpg

Dalam course The Science of Happiness yang ada di EdX diterangkan bahwa mayoritas manusia itu salah kaprah dalam memahami kebahagiaan. Kebahagiaan sering diartikan sebagai suasana hati yang senang terus, tanpa rasa sedih, sehingga saat rasa sedih muncul kita menjadi merasa bersalah. Dari hasil penelitian, justru orang yang berusaha untuk selalu senang malah jauh dari kebahagiaan.

Ada suatu istilah yang kupelajari dari course tersebut yaitu emodiversity, yaitu keberagaman emosi. Orang yang bahagia justru bukan yang merasa selalu senang, tapi yang menghargai adanya perubahan emosi dalam dirinya. Emosi itu seperti ombak, menggulung lalu meninggi dan setelahnya hilang begitu saja. Senang hanya sementara, sedih pun hanya sementara.

Bagiku perubahan suasana hati adalah sinyal kalau ada suatu yang kurang pas. Sama seperti tubuh yang perlu makanan, jiwa pun memerlukan makanan. Saat jiwa lapar, hati pun gelisah. Kita harus tau apa saja makanan yang bergizi bagi jiwa kita sendiri.

Berikut ini hal-hal yang aku prioritaskan untuk kulakukan saat hati sedang meredup.

Deketin Allah

Hanya dengan mengingat Allah jiwa menjadi tenang. Dari penggalan ayat tersebut bisa kita simpulkan kalau hati kita gelisah, penyebab utamanya bisa jadi karena kita lagi jauh dari Allah. Bersyukurlah yang masih bisa merasakan gelisah karena hal ini, itu menandakan jiwa kita masih hidup, walau keadaannya gak lagi sehat wal afiat.

Kalau hati tiba-tiba gelisah, aku gak berusaha mikirin apa sih yang bikin gelisah. Dengerin murrotal dulu, baca Al-Quran, maksimalin doa saat shalat dan dzikir, baca-baca artikel atau buku Islami (siapa tau muncul solusinya). Biasanya langsung enakan. Kalau masih belum juga, masuk ke tahap berikutnya.

Menulis

Bagiku menulis itu merapikan isi otak. Kadang yang bikin kita gelisah karena di kepala banyak pikiran-pikiran yang berseliweran, tapi kita kurang paham apa yang sebenarnya inti masalahnya. Setelah menuangkannya dalam tulisan, biasanya aku jadi bisa melihat gambaran besarnya lalu insyaa Allah dapat solusi dan kembali senang.

Keluar dari rutinitas

Masih belum plong juga? Hehe, kalau begitu saatnya untuk keluar dari rutinitas. Untukku sih gak jauh-jauh, tinggal jalan-jalan sendirian dan cari tempat makan yang sepi, lalu di sana nikmati suasana atau nulis-nulis (teteup).

Time limit

Karena emosi seperti ombak, untuk emosi negatif memang aku berikan kesempatan untuk dia tampil. Tapi jangan lama-lama. Misalnya hari ini suasana hatinya kurang oke, pas bangun esok hari harus kembali oke lagi. Suasana hati yang buruk juga harus bisa ditepis kalau lagi praktek, hehehe, walau pas lagi menepis ini biasanya aku jadi nunjukin muka datar terus dan makin sedikit bicara.

Saat suasana hati sedang buruk, itu pertanda kalau jiwanya lagi lapar. Kita harusnya yang paling tau makanan apa yang paling cocok untuk jiwa kita. Kita juga punya kuasa penuh untuk memberi makan jiwa dengan junk food (sekedar kenyang) atau makanan yang bergizi.

Kalau kamu, gimana caramu mengentaskan suasana hati yang kurang oke?

Featured Image | Model: Kepin | Photographer: Nita | Pengarah gaya: n/a.

Advertisement

9 thoughts on “LIFE: Saat Suasana Hati Meredup

  1. Solusi saya, yang pasti menulis kayaknya mbaak.. hahha.. biasa dari proses menulis ini saya bisa mendapatkan titik terangnya. Kenapa saya sedih ? Bagaimana saya harus merespon sedih ? Dll.. Tapi sebagai Makhluk Tuhan, meminta PertolonganNya itu suatu anugrah (halaaah).. haha.. mendekatkan diri kepada Sang Pencipta itu adalah kuunci. Hihi..

  2. Pertama, jangan melawan perasaan yang sedang mendera (haduh, bahasaku, mendera 😆). Nikmati saja tapi tentukan batas waktunya. Kalau aku, ga boleh lebih dari seminggu, kalau perasaan ga enaknya bener2 parah. Kalau biasa2 saja, ya maksimal dua hari. Setelahnya, kalau masih ada yg mengganjal, lakukan hal2 yg yang kita sukai dan ingin dilakukan. Apapun itu. Misalnya, kalau aku pengen sendiri, ya ambil waktu sendiri jauh dari keluarga dulu sementara waktu. Atau jauh2 dari media sosial. Ambil me time beberapa jam sendiri keluar rumah. Jalan2 ke danau atau duduk2 di taman. Atau biasanya kalau aku paling jitu sih masak ya. Masak hampir selalu bikin hatiku gembira. Apalagi setelah itu yang makan pada nambah2, langsung membuncah bahagia. Trus kalau masih ga enak juga, bicara pada orang yg aku anggap menyamankan. Dalam hal ini seringnya suami. Trus biasanya aku akan nulis (sama kayak kamu, menulis buatku supaya menyeimbangkan otakku). Setelahnya pasrah dan ikhlas. Berdoa bahwa apapun yg membuat hatiku tidak nyaman adalah proses pembelajaran yg memang harus kulewati dan yakin semuanya atas seijin Allah dan berarti aku dipercaya untuk bisa melewatinya. Mengingat selalu bahwa setiap manusia punya perjuangan masing2 dalam hidupnya.

    1. Enaknya ada danau yaaaa… aku pengen bisa masak deh, cuma nomaden gini tinggalnya akhirnya bahan makanan suka kelupaan ada di kulkas.. dulu pas sekolah suka kreasi bikin bekel padahal.. [[sekolahnya belasan tahun yll padahal]]
      emosi ini semakin dilawan dan ditangkal malah makin menjadi-jadi ya mbak, tahap pertama memang diterima dulu lalu ditaklukkan

Comments are closed.