Event Gelar Seni Budaya Yogyakarta-nya udah dari bulan Nopember 2015 tapi post-nya belum kelar, mari kita kelarkan! Huha! Niatku yang mulia adalah posting rangkaian acara secara kronologis, tapi sayang tarian dari Gunung Kidul dan Kulonprogo (ini kampungku padahal) kurang greget, yang bikin aku terkesima ya tarian dari Bantul ini. Dua tarian sebelumnya di-skip dulu aja lah yaa.
Dari awal acara (saat Kirab Budaya) Kabupaten Bantul sudah menarik perhatian. Lewat dandanannya, ekspresinya, dan bikin kaget saat Kirab berlangsung. Persembahannya di Pentas Pendopo pun sangat menarik perhatian, tidak hanya secara visual namun juga secara penciuman karena sebelum mulai nari ada bakar-bakaran dupa dan ending-nya pun menyeramkan!
Penampilan diawali dengan para penari naik ke atas pendopo sambil membawa dupa. Para pemain gamelan yang laki-laki memposisikan sebuah boneka yang menyerupai seorang perempuan di tengah pentas. Ternyata nama Nini Thowong itu berasal dari kata Nini yang artinya wanita dan thowong yang artinya gethok-ethok uwong (seakan-akan manusia), jadi Nini thowong berarti menyerupai seorang wanita.
Boneka Nini Thowong yang menyerupai wanita ini pada jaman dahulu digunakan sebagai medium untuk pemanggilan roh halus fungsinya adalah untuk mencari tau obat-obatan dari berbagai penyakit. Boneka yang dirasuki roh halus ini akan menunjukkan obat-obat dari penyakit yang ada. Alhamdulillah banget deh aku hidup di masa sekarang karena bisa menggunakan cara yang masuk akal dan tidak melanggar syariat untuk mencari obat dari penyakit.
Tarian pas di awal-awal masih normal-normal aja dan aku sempat merasa bosan dibuatnya, apalagi formasinya yang memanjang itu bikin pas di foto tidak terlihat bagus. Namun beberapa saat kemudian. Surprise! Mereka menarikan gerakan-gerakan aneh, seakan-akan kesurupan dan terkadang terlihat lucu. Penasaran? Intip video-nya saja.. 😀
Karena aku duduk di pinggir Pendopo, aku bisa foto penarinya secara close-up. Hhhhhmm, dandanan mereka bener-bener menakutkan! Hahaha..
Sampailah kita ke akhir pertunjukan. Endingnya, para penari memperagakan mereka sedang kesurupan lalu pingsan. Saat itu aku merasa ada yang aneh karena mereka kok lama banget bangunnya sampai si MC langsung memperkenalkan tarian berikutnya yang akan tampil. Saat MC berbicara para penari satu persatu mulai bangun dan berjalan ke belakang panggung, tapi masih ada dua penari yang tidak bangun.
Akhirnya ada Mas-Mas yang ke tengah panggung dan menggendong dua penari itu, saat digendong badan mereka tetap seperti posisi terakhir mereka pada saat di lantai, bener-bener seperti manekin.
Oh so scary.
Baru dengar ini. Beda dengan yang nini thowok itukah?
Beda sepertinya, hehehe..
Ini tarian modifokasi ya? kayaknya bukan dari tarian asli.
Iya, sudah dimodifikasi tariannya supaya lebih bisa diterima
Kalau melihat dari foto-foto dan sekilas videonya sepertinya tarian ini menarik banget ya Nit, apalagi gaya menarinya agak ‘kurang umum’, ditambah dengan efek kesurupannya yang biasanya bisa membuat tariannya lebih ‘ajaib’ lagi. Biasanya untuk tarian yang penarinya sampai trance seperti ini, pasti ada semacam pawing atau dukunnya.
iyaa.. ada pawangnya memang.. katanya yang bikin gampang kesurupan itu karena alunan musiknya yang repetitif dan bisa bikin penarinya terhanyut…
Berarti penonton juga bisa terbawa dong ya. Gak kebayang bagaimana latihannya, jangan-jangan trance pada saat latihan juga sudah jamak ya? 🙂
Nah, td maau ngetik itu juga, tapi serem sendiri soalnya kmrn nonton dr deket banget, hahaha…
katanya emang jamak terjadi kesurupan.. duh, aku mah gak kebayang kalau itu kerjaanku, terlalu menyeramkan… 😦
Sama, serem juga. Apalagi kalau resiko kesurupannya sering banget kaya gitu :-p
Itu mayak jalangkung bonekanya
hiii.. aku gak inget bagaimana tampilan jalangkung, tapi fungsinya emang sama.. sama-sama manggil ruh..
Mba Nita ga foto dua penarinya? 😁
Gak ngeeeh, pas mereka dibopong pas aku lagi utak-atik kamera.. huhuhu.. eh, tapi serem juga sih kalau mereka kefoto 😀