The Subtle Art of Not Giving a F*ck, wew, judul buku yang agak ngeselin ya? Apalagi ditambah warna oranye yang nyentrik, langsung deh nempel di kepala. Katanya buku ini bagus dan sering direkomendasiin untuk baca. Masa sih sebagus itu?
Setelah melihat buku ini wara-wiri dalam rekomendasi, aku akhirnya melihat penampakannya di toko buku dalam versi bahasa Indonesia. Wuih, cepet juga ya ada versi Bahasa Indonesianya (atau aku aja yang telat keberadaan buku ini).
Biasanya kalau ada buku bahasa Inggris dan terjemahannya, aku lebih tertarik yang versi Bahasa Inggris karena kalau udah ditranslate jadi suka aneh dan aku gak dapat intinya apa. Berhubung kata Efener versi Bahasa Indonesianya oke dan jadi lebih ekonomis harga bukunya, aku beli yang versi Bahasa Indonesia.
Sudah punya belum tentu langsung dibaca. Hehehe, setelah beberapa minggu buku ini berada di tas (dengan masih bersegel plastik!) akhirnya aku buka juga karena baca blognya Ade Tawalapi, hihihi. Hari Kamis aku buka dan hari ini selesai kubaca.
Buku ini bagiku menarik, bukan karena aku dapat ‘pencerahan’ dari buku ini, melainkan karena aku udah dapat konklusi yang tercantum di buku itu sebelum aku membacanya. Jadi pas baca yang kurasakan kayak ketemu teman yang sepemikiran. Menarik.
Konklusi-konklusi yang kupunya itu memang yang akhirnya bisa bikin aku happy lagi setelah melalui masa-masa suram. Awalnya memang bikin merasa bersalah karena rasanya kok cara berpikirku agak beda sama kebanyakan orang, cuma ini hidupku, jadi aku jalani sesuai dengan yang kuanggap cocok untukku.
Lalu buku ini direkomendasikan untuk dibaca apa tidak?
Hhhhm, tergantung sih.
Menurutku buku ini akan lebih ‘ngena’ untuk orang yang udah merasakan naik turunnya kehidupan dan sudah merasakan banyak rasa.
Bagi yang belum, mungkin akan susah untuk nyambung dengan yang dituliskan. Yang kupikir, akan lebih asik kalau belajar ini langsung dari kehidupan, tsaah, lebih sakit tapi sedep.
Ps. Akhirnya ada update dari kategori “BOOK”
Pps. Dari judul bahasa Inggrisnya udah kebayang lah ya gaya hidup si penulis (sebelumnya), versi Bahasa Indonesianya bikin bukunya jadi lebih ‘sopan’.
jadi pengen beli.. kayaknya lebih seru yg bahasa inggris ya? semoga gak mehong..
Baca buku versi Indonesia betul jadi lebih sopan. Awalnya penasaran bagaimana penerbit sini akan menerjemahkan kata giving a f**k lol
hihii.. tapi bagian awal2 ada yang aku bingung, akhirnya intip sample yang ada di google books..
Aku baca buku ini selesai bulan Juli. Lihat resensi goodreads kok bagus akhirnya beli yg bahasa Inggris. Karena lebih mudah di dapat di sini dibanding yg bahasa Indonesia. Bahasanya sangat mudah dimengerti dan membacanyapun menyenangkan.
iyess.. bahasanya menyenangkan, mungkin karena terbiasa sebagai blogger jadi santai dan tidak kaku.. aku jarang intip goodreads, suka minder sama yang rajin baca,, haha
Aku punya akun goodreads. Buatku malah jadi termotivasi buat baca dan punya referensi bacaan2 yang sesuai minatku.
Kok malah kebalikaaaan.. Hehehe.. Aku suka dpt rekomendasi bukunya dr instagram malah..
Menarik. Sudah merasakan naik turun kehidupan, hehe…
Saya pengen beli buku ini. Nanti kalo di Jakarta mau cari di gramed matraman.
tsaaaah,, beliiii.. gak terlalu mahal juga (jika dibandingkan dengan versi bahasa Inggrisnyaa)