Alhamdulillah… Pada tanggal 21 Agustus 2024 aku dipercaya lagi oleh Allah untuk mendapat titipan anak laki-laki dengan proses operasi caesar dengan metode ERACS. Lagi-lagi, biar afdhol aku cerita deh di blog ini, huehehehe…
Boleh dicek juga: Cerita Lahiran Baby Z. 🙂
19 Agustus 2024 – Cuti dimulai!
HPL Baby sekitar pertengahan bulan September, karena memang mau lahiran caesar, perkiraan lahirannya jadi maju saat bayinya berusia 38 minggu alias sekitar akhir Agustus. Supaya bisa mempersiapkan diri, rumah, dan perlengkapan bayi, aku memutuskan untuk cuti di tanggal 19 (terakhir masuk tanggal 16 Agustus).
Tanggal 20 Agustus saatnya kontrol kehamilan dan penentuan jadwal caesar. Qadarullah selain karena paska caesar dengan rentang waktu dekat, posisi bayi juga malposisi (kepala menghadap ke atas), sudah masuk pinggul, jahitan caesar sebelumnya sudah tipis, dan sudah sering kontraksi akhirnya sang Obsgyn memutuskan untuk menjadwalkan caesar tanggal 21 Agustus a.k.a. keesokan harinya!
Jeng.. Jeng.. Jeng…
Aku stress karena belum siap apa-apa tau-tau sudah harus packing, usia bayi juga masih 36 minggu plus beberapa hari yang biasanya masih rawan untuk dilahirkan. Tingkat stress-ku di hari itu lebih tinggi dari rata-rata (kata Huawei Band), packing sendirian gak kelar-kelar, suami kerja dan sepulang kerja juga harus beli ini itu karena belum ambil perlengkapan bayi dari rumah orang tuaku.
21 Agustus 2024 – Hari H
Harusnya sampai Rumah Sakit jam 7, tapi antar anak sekolah dulu, pihak Rumah Sakit bahkan sampai telpon untuk memastikan apakah tetap akan melakukan caesar. Aku sarapan dan minum di perjalanan seadanya, sampai Rumah Sakit jam 8 kurang, langsung disuruh puasa. Huhuhuhu, padahal masih belum benar-benar kenyang dan haus.
Sekitar jam 8 sudah masuk kamar rawat inap dan dipasang infus dan ambil darah untuk pemeriksaan, jika hasilnya baik, bisa operasi dengan prosedur ERACS. Aku berharap banget bisa ERACS karena selain pemulihannya lebih cepat, 2 jam sebelum operasi diberikan minuman manis yang lumayan banget untuk menambah energi. Dan Alhamdulillah bisa operasi dengan ERACS. 🙂
Jam 12 siang..
2 gelas berisi minuman berwarna oranye datang, Alhamdulillah datang di saat aku sudah terasa lemas dan haus, lumayan banget. Rencana operasi jam 2 siang. Berbeda dari operasi caesar sebelumnya, untuk yang sekarang jauh lebih tegang karena sudah terbayang prosedur dan rasa sakit setelahnya. Konon katanya caesar ke-dua lebih sakit, huhuhu.
Jam 2 siang..
Harusnya sudah masuk ruang operasi, namun ada yang mendadak caesar. Sekitar jam setengah 3 baru dimulai prosedurnya. Tegang dan stress parah! Untungnya para perawat ngajakin bercanda, tapi tetap saja tegang, namun prosesnya tidak semenyeramkan yang dibayangkan.
Eh, agak seram sedikit sih saat tiba-tiba aku melihat asap dan aroma yang kuhafal. Ternyata pakai cauter! Cauter ini fungsinya untuk melepas perlekatan akibat proses caesar yang lalu. Duh, ngilu banget deh ngebayanginnya. Karena butuh di-cauter, prosedur caesar ke-dua lebih lama daripada caesar yang pertama kali.
Beberapa saat kemudian muncullah si bayi laki-laki yang mungil, dengan bobot 2,77 kg dan panjang 47 cm, Alhamdulillah. Saat hamil, si bayi sempat dianggap terlalu besar, namun menjelang lahiran, aku gak bisa makan banyak karena rasanya seperti tertekan dan ingin keluar lagi makanannya. Akhirnya bobot bayi ‘hanya’ segitu. Tapi tetap Alhamdulillah, karena bayi lahir dengan sehat, selamat, dan lengkap.
Observasi paska caesar
Setelah bayi keluar dan IMD, aku dibawa ke ruang observasi. Saat menuju ke sana aku melihat ada pasien yang menggigil parah, ternyata ibu ini yang lahiran sebelum aku. Aku pun ditempatkan di sebelah ibu ini. Melihat ibu-ibu yang menggigil parah itu rasanya gak tega, aku nyaris nangis karena kasihan dengan ibu ini, bukan karena keadaanku sendiri.
Di ruang observasi aku dipantau kondisinya, jika sudah dianggap baik, bisa kembali ke kamar rawat inap. Awalnya aku merasa biasa saja, semakin lama badanku ikut bergetar seperti orang menggigil, padahal aku tidak merasa kedinginan. Mendengar ibu di sebelahku merintih dan bunyi alat yang berisik membuatku stress.
Hal-hal yang diinstruksikan dokter Anestesi kepada ibu di sebelahku aku lakukan, hingga akhirnya sang dokter melihatku sudah bisa menggerakkan, bahkan menekuk kaki, sehingga aku boleh kembali ke ruangan. Namun sayangnya efek psikologis-nya sudah berpengaruh padaku.
Aku gemeteran dari Ruang Observasi hingga di kamar. Sudah minum air hangat (menjelang panas malah) tidak mempan, inginnya dipeluk suami saja. Saat hatiku merasa tenang, rasa menggigil ya berkurang. Berarti tubuh bergetar ini lebih karena efek psikologis, bukan karena benar-benar kedinginan. Rasa gemeteran menggigil ini berlangsung lumayan lama, hingga akhirnya berakhir dengan sendirinya.
Setelah menggigilnya hilang, akhirnya aku bisa melihat bayi. Gemes rasanya karena pergerakanku belum bisa bebas. Sudah boleh miring kanan atau kiri, tapi belum boleh bangun. Duduk dengan bantuan kasur yang dinaikkan juga tidak boleh, belajar jalan baru bisa besok pagi, itu pun harus ditemani oleh Perawat atau Bidan. Entah karena ini caesar yang ke-dua sehingga instruksinya berbeda daripada paska caesar yang sebelumnya.
Saat malam hari adalah momen yang paling tidak nyaman, piket, kaku, bau darah, gerah. Aaargh, ya sudah aku sudah tidak ingin mengingatnya lagi. Alhamdulillah di keesokan harinya sudah jauh lebih nyaman. 🙂

Selamat, mbak Nita! Sehat-sehat selalu sekeluarga ya ♥️
selamat mbaa niit
Selamat yaa Nita 🙂
Terima kasiiiih…