Hidup Autentik Minim Algoritma

Aku sudah punya beauty routine untuk siap-siap di pagi hari yang lumayan dapat diandalkan dan sudah terbukti mantab sejak tahun 2018. Namun karena hobi menonton beauty creator di Youtube, bawaannya ingin mencoba produk yang baru terus, membeli berbagai hal dengan ekspektasi tampilannya akan lebih baik dan lebih tahan banting. Namun ternyata mayoritas produk-produk yang baru, lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil, hasilnya kembali ke rutinitas biasanya malah lebih baik, warnanya lebih pas, dan gak mudah geser.

Untuk sehari-hari aku juga ada sling bag yang nyaman banget dipakainya, lumayan memadai juga untuk membawa printilan-printilan yang gampang diakses. Namun jika membuka media sosial dan e-commerce tiba-tiba merasa butuh model yang lain. Walau akhirnya galau juga karena untuk bisa membeli tas aku melihat dari fungsinya, ujung-ujungnya tas yang aku punya adalah yang terbaik. Tapi tetap… Godaan untuk belanja masih besar. Kadang aku masukkan ke keranjang lalu aku tunda pembayarannya, eh, besoknya lupa.Jadi memang benar-benar tidak butuh.

Saat ini hidup kita sangat dipengaruhi oleh algoritma.

Untuk mengetahui apa yang sebenarnya benar-benar kita butuhkan menjadi sangat sulit, karena pihak eksternal-lah yang memaksa kita untuk merasa butuh pada hal-hal yang belum tentu perlu. Rasanya sangat bising dan mendistraksi.

Mari kita keluar dari hidup yang didorong oleh algoritma menjadi hidup yang autentik.

How to?

Inti dari hidup autentik yang minim algoritma adalah mengambil kembali atas perhatian, waktu, dan pilihan yang awalnya banyak dipengaruhi oleh algoritma.

Jadi strategiku adalah…

  1. Lebih banyak menggunakan analog untuk journalling dan planning karena dengan analog, kita bisa menjadi lebih fokus.
  2. Minimalisasi aplikasi digital. Pakai media sosial untuk berkoneksi dengan orang lain, e-commerce jika benar-benar butuh membeli sesuatu, tidak untuk doomscrolling. Perlu juga menghapus aplikasi-aplikasi yang sudah tidak esensial.
  3. Fokus pada orientasi internal. Identifikasi 3 hal yang penting dalam hidup dan eliminasi hal-hal yang mendistraksi.
  4. Create something! Ganti waktu scrolling menjadi waktu producing. Contohnya dengan membuat blog post ini, hehehehe.

So, apakah kalian sudah mulai jengah dengan hidup penuh algoritma ini?

4 thoughts on “Hidup Autentik Minim Algoritma

  1. Nita, aku sudah beberapa bulan ini, benar2 off dari media sosial. Twitter sudah sejak Mei, Instagram sejak Agustus. Berniat menjauh dari medsos karena merasa sudah tidak bagus untuk otak dan kejiwaanku. Bukan salah medsosnya tapi merasa aku yang harus mengambil inisiatif untuk ambil jarak dulu. Makanya aku aktif lagi nulis di blog. Seminggu 2 kali lah. Kuusahakan tulisan panjang. Salah satu cara untuk mereset otakku. Dan memang ampuh sekali.

  2. Thanks nita buat postingannya. Bagaimana pun kita butuh algoritma juga buat hidup sehari-hari. Cuman seperti nita bilang, kita yang mesti bijak membatasi. 🙂

Leave a reply to Nita Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.